Jumat, 17 Juni 2011

ADAT MINANGKABAU



Adat Minangkabau sejak semula mendasarkan pandangan pada alam. "Alam takambang jadi guru". (A.A. Nafis). yang penting disini adalah adanya hukum alam yang membedakan :



  1. Adanya sesutu yang selalu berubah.
  2. Adanya sesuatu yang bersifat tetap. (kalau semuanya berubah orang tidak mungkin sampai ke bulan).
  3. Alam menghendaki adanya keseimbangan untuk diperlukan adanya penyesuaian terus menerus.
  4. Dalam kaitan inilah kita harus melihat Adat Minangkabau yang sangat Lentur atau Fleksibel, sekali aia gadang tapian barubah, tidak tabu terhadap perubahan, namun mempunyai landasan yang bersifat tetap dan disebut sebagai "Nan tak lapuak di hujan tak lakang di paneh" yang seyogyanya dengan arif harus diupayakan penyesuaian-penyesuaian.
Walaupun ada batasan dengan apa yang disebut masyarakat hukum adat sebagai suatu kelompok atau yang dalam literatur juga disebut "clan" namun hendaknya di bedakan dengan hubungan kekerabatan yang dalam adat Minangkabau sangat uas dan tidak pernah putus yang dikenal dalam kata-kata adat : "batali darah, batali adat, batali budi, putuih banang sambuang jo suto dll."

Solidaritasnya yang sangat tinggi "anak dipangku kemenakan dibimbing urang kampuang di patenggangkan, jago nagari jan binaso, kabukik samo mandaki kalurah samo manurun, sahino samalu sasakik sasanang, sadancing bak basi saciok bak ayam, dll."

Minangkabau Nan Den Cintoi



Kekurangan pengetahuan adat sebagai akibat kurangnya sosialisasi pengetahuan adat dari generasi Tua ke generasi muda, dari pihak pemangku adat, ninik mamak, ke anak kemenakan, mengakibatkan melemahnya nilai-nilai yang memagari diri seseorang, dan ini bisa menimbulkan hilangnya jati diri, akan berakibat fatal, mudahnya serangan-serangan masuk dari budaya lain yang bersifat negatif.


Hal ini tercermin dari Fenomena berikut :

  • sikap urang Minang terhadap negerinya sendiri kelihatannya cenderung mendua atau ambivalen, cinta tapi benci, bangga tapi risau, atau benci tpi rindu. Urang Minang mudik lebaran karena rindu akan tanah kelahirannya, ingin menengok urang tuanya, bernostalgia, dan memang ingin mengajak anak dan keluarga di rantau menengok ranah Minang yang sangat indah yang selalu maimbau-imbau.
  • Sekarang ini urang awak menjadi sasaran yang sangat terbuka untuk diserang karena tanpa pertahanan kokoh dari segi adat, budaya dan agama. sudah cukup menggejala serangan terencana dan berkelanjutan terhadap agama Islam, adat dan budaya masyarakat minang. Apakah ini sebagai akibat dari tidak adanya atau tidak efektifnya sosialisasi adat dan agama, dan melemahnya hubungan mamak, penghulu dan datuk-datuk terhadap anak dan kemenakan.?
  • Maraknya perbuatan maksiat di ranah Minang seperti mabuk, judi, rampok, korupsi, pembunuhan, pelacuran, nrkoba, cara berpakaian, pergaulan muda-mudi tidak senonoh, dsb. semua berakar dari ketidaktahuan mereka tentang nilai-nilai adat, dan Nilai-nilai agama. Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah hanya tinggal slogan. Urang Minang tak lagi segan, tidak lagi menjaga nama mamak, nama kaum, nama suku, nama Nagari, dsb. Demikian pula si Mamak, Penghulu dengan berbagai alasan tidak lagi memperhatikan perilaku anak kemenakannya. orang Tua tidak lagi berani menegur anak-anak, baik anak sendiri apalagi anak orang lain, semua bilang anak-anak sekarang sulit diatur. Padahal anak-anak itu bisa diarahkan sejak dini, tanamkan nilai-nilai adat dan agama, awasi dengan siapa ia bergaul, dan jangan memanjakan anak. Sayang di anak dilacuti, sayang di kampuang ditinggakan.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More